Dalam Acara Pelantikan DPD PPMI Tanta

Pelantikan Dewan Pengurus Daerah Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia di Tanta, Mesir.

Ma'radh Cafe

Meeting Manajemen Haita CafRest.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Gallery Burgal Van Jogja

Haita CafeRestoran bersama Burgal Van Jogja.

Cafe Istad

Cafe Istad Tanta with Friends.

NU dan Garasinya

Keluarga Pak Nuas Waja merupakan keluarga desa yang cukup kaya. Di samping rumah yang besar, keluarga ini memiliki sawah, kebun, peternakan, perahu penangkap ikan, toko serba ada, dan masih ada kekayaan dan usaha yang lain. Keluarga Pak Nuas Waja yang cukup banyak, tidak kesulitan menangani semua harta dan usaha itu, meski pengelolaannya masih secara tradisional. Masing-masing anggota keluarga, sesuai keahliannya diserahi dan bertanggungjawab atas bidang yang dikuasainya. Ini menggarap sawah; ini mengurus kebun; itu menangani toko; itu mengurus peternakan; demikian seterusnya.

Masih ada satu usaha keluarga lagi yang dilakukan bekerja sama dengan pihak-pihak lain. Yaitu, usaha transportasi. Tapi, karena waktu pembagian keuntungan, dirasa kurang adil, akhirnya keluar dan mendirikan usaha transportasi sendiri. Berhubung usaha ini baru bagi mereka, maka diajaknya beberapa personil dari luar yang dianggap mampu dan mengerti seluk-beluk transportasi. Ternyata, usaha baru ini meraih sukses yang luar biasa. Dari empat besar perusahaan transportasi, perusahaan keluarga pak Nuas Waja yang baru ini meraih peringkat ketiga. Dampak dari sukses besar ini, antara lain: personil-personil dari luar yang ikut membantu–atau yang berjanji akan membantu--menangani usaha ini pun menyatakan bergabung total sebagai anggota keluarga. Pak Nuas pun tidak keberatan dan justru senang.

Dampak lain yang jauh lebih penting dan serius, ialah kemaruknya para anggota keluarga terhadap usaha transportasi yang sukses besar ini. Setiap hari sebagian besar mereka berjubelan di garasi; meskipun sebenarnya banyak yang sekedar bermain-main klakson atau memutar-mutar stir mobil, karena memang tak tahu apa yang harus mereka lakukan di garasi itu. Lama-lama, mereka yang bertanggung jawab menggarap sawah, kebun, peternakan, toko, dlsb pun tertarik dan tersedot ikut menjubeli garasi mereka. Sawah pun menjadi bero, kebun tak terawat, toko tak ada yang menjaga, ternak-ternak pada mati, perahu nganggur Bahkan, rumah sendiri sering kosong, banyak perabotan diambil dan dibawa orang tak ada yang tahu. Halamannya kotor tak terurus.

Ketika penguasa negeri ganti dan mendirikan juga usaha transportasi sendiri, keluarga Nuas Waja pun agak pusing. Soalnya cara berusaha penguasa baru ini tidak lazim. Mereka menggunakan cara-cara makhluk rimba untuk memajukan usaha mereka. Tak segan-segan mereka menggunakan tipuan dan kekerasan.Orang dipaksa untuk menggunakan transportasi mereka; yang tidak mau, tahu rasa!

Namun, meski bersaing dengan usaha penguasa yang zalim begitu, usaha keluarga Nuas Waja masih mampu bertahan, walau babak-belur. Bahkan perlakuan penguasa itu justru semakin mengentalkan ‘fanatisme’ keluarga terhadap usaha transportasi ini.

Akan tetapi, penguasa lebih pintar lagi. Dengan kelicikannya, orang pun digiring untuk menyepakati aturan main baru yang agaknya sudah lama mereka rencanakan di bidang transportasi ini. Aturan itu melarang orang berusaha transportasi sendiri-sendiri di rumah. Mereka yang berusaha di bidang transportasi harus nge-pol dan bergabung dalam salah satu dari tiga wadah usaha yang sudah disiapkan. Akhirnya, keluarga Nuas pun bergabung dengan beberapa penguasaha lain, sesuai arahan penguasa. Dan nasib seperti pada masa lampau pun terulang kembali. Keluarga Nuas yang sahamnya paling besar, justru waktu pembagian keuntungan selalu kena tipu dan rugi.

Maka, waktu ada gagasan dari sementara anggota keluarga untuk kembali saja ke jati diri awal mereka, banyak yang mendukung gagasan itu, meskipun dengan alasan yang berbeda-beda. Demikianlah, meskipun seperti malas-malas dan terus menghadapi godaan untuk hanya mengurusi usaha transportasi, anggota keluarga yang biasa menggarap sawah, mulai kembali ke sawah; yang biasa mengurus kebun, kembali ke kebun; yang mengelola toko, kembali ke toko; demikian seterusnya. Sementara itu, mereka yang sudah merasa mapan menjalankan usaha transportasi, sesekali masih mencoba mencari kawan pendukung.



Dunia selalu berubah. Beberapa waktu, setelah pemerintahan ganti lagi dan usaha transportasi kembali bebas, keluarga Nuas Waja pun kembali terseret arus pertransportasian yang kembali marak. Banyak keluarga yang dulu punya usaha sendiri, beramai-ramai menghidupkan kembali usaha transportasi mereka. Garasi pun dibangun dimana-mana. Dan keluarga Nuas Waja pun menghabiskan enersi mereka untuk urusan garasi dan transportasi; termasuk mereka yang busi dan dongkrak pun tak mengenalnya.

***
Mungkin saya terlalu sederhana, tapi tamsil di atas itulah yang selalu saya gunakan untuk menerangkan NU dan Khithahnya kepada orang-orang sederhana di bawah.

Saya ingin mengatakan bahwa memang ada faktor politik di dalam proses kelahiran Khithah NU, tapi bukan berarti politiklah yang harus disalahkan dan oleh karenanya lalu dipahami NU tak lagi menghalalkan–setelah selama ini menghalalkan--politik. Khitthah NU dalam hal ini–karena Khitthah tak sekedar bicara hal ini--sekedar mendudukkan politik dalam proporsi sesuai dengan porsinya. Politik, sama dengan dakwah, pendidikan, ekonomi, dsb., mesti dilihat sebagai khidmah kemasyarakatan yang harus dilakukan secara bertanggungjawab bagi kepentingan bangsa dan negara. (Baca Khitthah NU butir 8)

Agaknya, warga NU memang belum siap untuk menerima NU sebagai organisasi yang baik seperti dituntut Khitthah NU. Setelah perjalanannya sebagai jamaah yang cukup jauh, tiba-tiba warga NU pangling dengan jatidirinya sendiri. “Kesuksesan” mereka dalam kiprah politik, membuat mereka seperti kemaruk, sehingga mempersiapkan diri bagi amal politik sebagai khidmah tak kunjung terpikirkan. Sementara, kehidupan perpolitikan di negeri ini pun tidak mengajarkan perilaku politik yang baik, yang mengarah kepada tercapainya kemaslahatan bersama. Perpolitikan yang hanya mengedepankan kepentingan sesaat bagi kelompok sendiri-sendiri. Di pihak lain, mereka yang terus-menerus menyaksikan praktek-praktek politik yang mengabaikan akhlaqul karimah dan belum pernah merasakan manfaat dari perpolitikan itu, malah justru sering dirugikannya, serta merta menyambut Khitthah NU dengan kegirangan orang mendapat dukungan.
Akibatnya, Khitthah NU yang semestinya menjadi landasan bagi perbaikan menyeluruh untuk kepentingan bersama, hanya dijadikan sekedar alat bagi membenarkan kiprah masing-masing alias hanya dijadikan senjata untuk bertikai antar sesama.

Sebenarnya, dengan tamsil di atas itu, saya ingin mengatakan juga bahwa NU dan Khitthahnya sebenarnya sangat gamblang, mudah dipahami, dan tak ada masalah.

Khitthah NU hanya mengingatkan bahwa NU itu mempunyai tujuan besar dan cita-cita luhur yang untuk mencapainya, mengupayakan dengan berbagai ikhtiar. Bidang garapan dan khidmah NU karenanya bermacam-macam. Masing-masing dilakukan oleh mereka yang memang seharusnya melakukannya (ahlinya).

Namun, sebagaimana Islam dan Pancasila, persoalannya selalu lebih kepada manusianya. Itulah sebabnya, pada waktu menjelang Munas Lampung tahun 1992, ketika Kyai A. Muchith Muzadi diminta PBNU menulis syarah Khitthah, saya sempat mempertanyakan, apanya yang perlu disyarahi? Bukankah Khitthah NU sudah sedemikian jelas bagai matahari siang? Apabila orang tidak bisa melihat matahari, bukan mataharinya yang kurang jelas. Sekarang disyarahi dan besok mungkin dikhasyiahi pun, jika kepentingan NU dan umat masih dinomorsekiankan, insya Allah Khitthah tetap tak kunjung “jelas” bagi mereka yang bersangkutan.

Sejak pertama dimasyarakatkannya Khitthah NU, telah ratusan kali saya bertemu warga NU, yang tokoh maupun bukan; belasan kalau tidak puluhan artikel saya tulis; dan kesimpulan saya tetap seperti itu. Seperti Indonesia ini, manusianyalah yang perlu ‘direformasi’. Karena itu saya selalu ngotot, bahwa penataan diri mestilah merupakan prioritas. NU harus segera diupayakan menjadi jam’iyyah, tidak terus menerus hanya sebagai jamaah.

Khitthah NU ini merupakan landasan dan patokan-patokan dasar yang perwujudannya dengan izin Allah terutama tergantung kepada semangat pemimpin dan warga NU. Jam’iyyah Nahdlatul Ulama hanya akan memperoleh dan mencapai cita-citanya jika pemimpin dan warganya benar-benar meresapi dan mengamalkan Khittah NU ini. (Khotimah Khitthah Nahdlatul Ulama). Wallahu a‘lam. (gusmus.net)

Beasiswa Sampoerna School of Business

Sampoerna School of Business masih membuka kesempatan gelombang kedua pendaftaran beasiswa bagi siswa-siswi yang memenuhi persyaratan meraih gelar sarjana (S-1) Bisnis (bachelor of business degree). Program beasiswa ini ditujukan bagi lulusan SMA/sederajat tahun kelulusan 2008, 2009, dan 2010.

Sampoerna School of Business (SSB) merupakan institusi pendidikan tinggi tersier kedua setelah Sampoerna School of Education (SSE) di bawah naungan Putra Sampoerna Foundation (PSF). Untuk angkatan pertamanya pada tahun ajaran 2010/2011 ini, SSB membuka dua jurusan studi, yaitu Manajemen dan Akuntansi.

Menawarkan kuota sebanyak 113 mahasiswa baru di angkatan pertamanya ini, SSB menawarkan dua alternatif pembiayaan, yaitu beasiswa pendidikan dan student financing. Bagi yang tertarik, batas akhir pendaftaran untuk gelombang kedua ini hanya sampai 30 Juni 2010.

Informasi pendaftaran, skema beasiswa, dan lain-lainnya terkait beasiswa ini bisa dilihat di situs SBB.

Sastra Jawa dan Bahasa Jawa

Sejarah Sastra Jawa dimulai dengan sebuah prasasti yang ditemukan di daerah Sukabumi (Sukobumi), Pare, Kediri Jawa Timur. Prasasti yang biasa disebut dengan nama Prasasti Sukabumi ini bertarikh 25 Maret tahun 804 Masehi. Isinya ditulis dalam bahasa Jawa Kuna.

Setelah prasasti Sukabumi, ditemukan prasasti lainnya dari tahun 856 M yang berisikan sebuah sajak yang disebut kakawin. Kakawin yang tidak lengkap ini adalah sajak tertua dalam bahasa Jawa (Kuna).

Biasanya sejarah sastra Jawa dibagi dalam empat masa:
* Sastra Jawa Kuna
* Sastra Jawa Tengahan
* Sastra Jawa Baru
* Sastra Jawa Modern

Sedang untuk bahasa Jawa terbagi menjadi delapan tingkatan:
* Ngoko
* Ngoko Andhap
* Madhya
* Madhyantara
* Kromo
* Kromo Inggil
* Bagongan
* Kedhaton

Dalam masyarakat Jawa terdapat penuturan penggunaan bahasa; dalam penerapannya masyarakat jawa sering menyebutnya dengan unggah-ungguh. Seiring dengan perkembangan zaman semakin kritis kondisi bahasa Jawa. Tatanan penggunaan bahasa dan unggah-ungguh telah berkurang. Banyak dari masyarakat muda Jawa, tidak mengerti bahasa tata krama. Ini disebabkan karena penggunaan bahasa yang lebih sering didengar (umum) adalah bahasa sehari-hari tidak lagi digunakan tingkatan sosial dalam bahasa pengucapan yang dipergunakan. Faktor lain karena pendidikan bahasa Jawa dalam sekolah tak lagi optimal dan bahkan dalam sejumlah sekolah modern telah ditiadakan pelajaran bahasa Jawa. Jika ditelaah kembali dalam bahasa Jawa itu terdapat sebuah tatanan penghormatan kepada orang yang diajak bicara dan budi pekerti yang luhur bagi orang yang berbicara.

Al-Azhar Terbitkan Ensiklopedia Bahasa Ibrani

Universitas Al-Azhar berhasil menerbitkan sebuah ensiklopedia yang memuat glosari istilah-istilah agama Yahudi dalam bahasa Ibrani (Hebrew).

Menurut Ketua Departemen Bahasa dan Terjemah, FakultasBahasa dan Terjemah Universitas Al-Azhar, Prof. Dr. Zamzam Suad, ensiklopedia tersebut dibuat dengan mengacu kepada beberapa kitab warisan agama Yahudi.

Beliau menambahkan, bahwa proyek ini dibantu oleh sepuluh mahasiswa dari Fakultas Bahasa dan Terjemah Universitas Al-Azhar, yang diawasi oleh para Dosen Ahli dalam bidang bahasa Ibrani. Saat ini, ensiklopedia ini menjadi rujukan utama Fakultas Bahasa dan Terjemah Universitas Al-Azhar.

Untuk membantu dalam memahami beberapa istilah sulit dalam bahasa Ibrani, ensiklopedia ini dilengkapi dengan deskripsi, penjelasan, dan kesimpulan serta contoh-contoh yang mudah untuk dipahami. Ensiklopedia ini, dapat dijadikan sebagai referensi dasar serta panduan bagi siapa saja yang berminat untuk mengetahui secara mendalam tentang Yahudi atau Bani Israel.

Tim penyusun ensiklopedia ini, terdiri dari Wakil Dekan Fakultas Bahasa
dan Terjemah, Dr. Mustafa Abdul Syafi, Ketua Departemen Bahasa Ibrani Fakultas Bahasa dan Terjemah, Dr. Khaled Abdul Latif dan beberapa Profesor pada fakultas tersebut.

Menurut Guru Besar Fakultas Akidah dan Filsafat, Dr. Abdul Mu'ti Baiyumi, usaha menghimpun segala maklumat serta istilah yang berhubungan dengan agama Yahudi sangat penting dewasa ini.

Sedang menurut Dr. Muhammad Syamah, Ketua Departemen Bahasa Jerman Al-Azhar, yang juga Penasehat Kementerian Wakaf Mesir, ensiklopedia amat penting bagi kalangan peneliti dan mahasiswa, untuk memperkasa informasi mereka tentang agama Yahudi.

Beliau juga menambahkan, usaha sesuatu untuk menerjemahkan dari satu bahasa ke satu bahasa tertentu, merupakan dasar ke arah pencapaian suatu peradaban, lebih-lebih lagi terjemahan yang berhubungan dengan sesuatu pegangan atau agama seperti Yahudi, yang merupakan salah satu agama samawi (langit) yang menjadi pegangan kepada kebanyakan Nabi di kalangan Bani Israel.

Sosialisasi I-4 di Timur Tengah

Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4) berencana akan menggelar Workshop Internasional dan Sosialisasi I-4 untuk kawasan Timur-Tengah, Asia Selatan dan Afrika pada bulan Juli mendatang di Cairo–Mesir.

Secara umum agenda ini akan terformat dalam bentuk Workshop yang direncanakan akan menghadirkan Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, Dr. Anis Baswedan, Prof. Dr. Fasli Jalal, Dr. Andreas Raharso, Dr. Muhammad Reza, Ir. Agusman Effendi dan beberapa representasi ilmuwan-ilmuwan dari kawasan Timur-Tengah, Asia Selatan dan Afrika, serta juga dalam format Sosialisasi I-4 kepada seluruh perwakilan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) kawasan tersebut, berikut seluruh masyarakat Indonesia di Mesir.

Dr. Fadlolan Musyaffa, MA, selaku Koordinator I-4 Perwakilan Benua Afrika dan Timur Tengah, menyebutkan bahwa topik Workshop yang akan dibahas adalah Terorisme dan Human Trafficking. Di mana diharapkan dari dua topik utama ini, akan dihasilkan rekomendasi solutif yang bisa bermanfaat bagi pihak-pihak terkait di Indonesia semisal BIN dan Depnaker.

Proyek Workshop dan Sosialisasi I-4 ini benar-benar merupakan tantangan bagi Badan Kerjasama Persatuan Pelajar Indonesia (BK-PPI) Timteng dan sekitarnya untuk bersinergi membuktikan kontribusi dan potensi keilmuan mereka dalam arsitektur I-4. Ahmad Syukron Amin, mantan Ketum PPI Yaman yang juga merupakan SC dari kepanitiaan ini sangat pro-aktif mengkonsolidasi Rapat Virtual Mingguan SC maupun BK-PPI Timteng dan sekitarnya dalam rangka pematangan konsep Workshop dan Sosialisasi I-4 ini

Sejauh ini, kepanitian yang mensinergikan semua elemen Mahasiswa Indonesia Mesir dan beberapa pihak dari kawasan terkait ini sudah mulai berjalan dengan baik. Ketua Panitia, Heri Nuryahdin menampakkan keoptimisannya jika Timur-Tengah, Asia Selatan dan Afrika akan sukses menggelar bingkisan berarti bagi pembangunan martabat keilmuan Republik ini.

Achmad Adhitya, Phd, selaku Sekjen I-4 menyebutkan harapan besarnya agar kawasan ini bisa mengkonsolidasikan potensi ilmuwan-ilmuwannya, dan agar bisa memberikan informasi seluas-luasnya tentang I-4, demi memotivasi rasa percaya diri sebagai bangsa yang sebenarnya cerdas dan berkemampuan tinggi.

Ekspedisi Sungai Nil

Sungai Nil memang selalu menarik untuk diangkat entah dalam sebuah tulisan atau sebuah film. Sudah banyak sekali ditemukan catatan-catatan yang mengangkat tema Sungai Nil. Hanya dengan mengetik “nil” di komputer, mesin pencari Google akan memberikan banyak sekali referensi mengenai sungai yang menghidupi seluruh rakyat Mesir dan kawasan Afrika di sekitarnya itu.
Sampai di perkampungan Nubian, kami disambut oleh penduduk desa dengan sangat ramah.

Kali ini perjalanan wisataku sampai di sebuah kota yang sangat dekat dengan negara Sudan yang bernama Aswan. Aswan terkenal dengan bendungan air yang menjadi pusat penghasil listrik yang memasok seluruh wilayah di Mesir bernama Saddul ‘Ali yang dibangun oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat. Aswan juga terkenal dengan pelopor wisata yang bernama Abu Simbel yakni empat patung besar Fir’aun Ramsis II yang diukir di sebuah gunung batu dan dulunya berada di tengah-tengah Sungai Nil.

Jam 3 sore menjadi waktu yang tepat untuk menikmati keindahan Sungai Nil yang masih murni. Ekspedisi kali ini tidak hanya melihat sunset tetapi mengarungi panjangnya Sungai Nil menuju ke sebuah desa terpencil yang disebut sebagai Pulau Nubian. Golongan Nubian memiliki tempat istimewa dan mendapatkan perlakuan yang istimewa dari pemerintah Mesir.

Untuk bisa mencapai Pulau Nubian, kami harus menaiki perahu dari pusat kota Aswan dan perjalanan ke sana harus mampu melawan arus derasnya Sungai Nil. Sungai Nil di Aswan menjadi satu-satunya aliran sungai yang masih dipenuhi oleh bebatuan. Berbeda dengan di Luxor dan Kairo yang sudah terlihat luas karena tidak adanya batu ditengah sungai. Bahkan, banyak sekali restoran dan hotel yang berdiri di gundukan tanah yang berada di tengah sungai. Pemandangan Indah akan semakin terlihat pada malam hari.

Perjalanan sekitar satu jam menuju Pulau Nubian menemukan kami dengan penduduk yang ternyata sangat berbeda dengan penduduk di Kairo dan beberapa kota di Mesir. Umumnya orang Mesir berkulit putih, tetapi semua penduduk Nubian berkulit hitam layaknya orang Afrika.

Penduduk Nubian memiliki bahasa sendiri yang sangat berbeda dengan bahasa Arab. Salah satu contoh bahasa mereka yang masih aku rekam adalah sebagai berikut :

Ekinaira: Siapa namamu?

Aigi… : Namaku …

Er raigrey: Gimana kabarnya?

Ai raigerry: Aku baik-baik saja

Ini adalah sedikit bahasa mereka yang memang sangat jauh berbeda dengan bahasa arab yang menjadi bahasa sehari-hari masyarakat Mesir. Tetapi, hampir semua orang Nubian juga mampu berbahasa arab, berbeda dengan orang mesir yang belum tentu mampu berbahasa Nubi.

Kami menggunakan dua perahu karena jumlah rombongan yang lumayan banyak, sekitar 40 orang. Saat kami melewati arus sungai yang cukup deras, mesin kapal tidak mampu melawan arus sungai hingga akhirnya harus meminta bantuan kapal lain untuk mendorongnya. Arus sungai di Aswan memang tergolong sangat deras dan sangat membahayakan untuk orang berenang.

Sampai di perkampungan Nubian, kami disambut oleh penduduk desa dengan sangat ramah. Memasuki rumah kami langsung dibuatkan teh dan tuan rumah memanggil salah satu orang kampung untuk bermain musik bersama kami, musik ala Nubian dengan memakai rebana tradisional. Kami berjoget dan tertawa bersama dalam aliran nada yang dibawakan oleh sang penyanyi yang berkulit gelap.

Capek bernyanyi dan menari, tuan rumah memperlihatkan kami dengan hewan peliharaannya, buaya. Mereka juga menjelaskan kalau di Sungai Nil di kawasan Aswan yang berdekatan dengan Abu Simbel masih banyak sekali buaya liar dan itu dilindungi oleh pemerintah Mesir. Buaya yang mereka pelihara adalah salah satu buaya yang diambil dari sana, namun ketika umurnya nanti sudah mencukupi, pemerintah Mesir akan mengambil buaya itu kembali dan melepasnya di alam bebas di Sungai Nil Aswan.

Tuan rumah juga menyediakan jasa tato dengan khas gambar-gambar dari tulisan herogliph. Satu kali tato membayar 15 pound Mesir. Banyak teman-teman dari Rusia yang mentato lengannya sebagai kenang-kenangan.

Pulau Nubian memang menjadi salah satu tujuan wisata wajib untuk para turis yang berkunjung ke Aswan. Saking perhatiannya pemerintah Mesir terhadap golongan Nubian, pemerintah mendirikan sebuah museum khusus yang bernama Nubian Museum yang berada di Aswan dan dekat pusat kota. Museum Nubian memuat sisa-sisa sejarah golongan Nubi dan menceritakan proses berkembangnya bangsa Nubi mulai pada masa pemerintahan fir’aun hingga Nubi berada di bawah kekuasaan Islam yang berada di bawah kendali Turki Utsmani.

Sekadar tambahan informasi juga, salah satu permaisuri Fira’un Ramsis II yang bernama Nefertari yang patungnya diabadikan di Abu Simbel juga berasal dari bangsa Nubian.

Ekspedisi menyusuri Sungai Nil menuju ke sebuah pulau yang lumayan jauh dari keramaian memang sangat menyenangkan. Sampai di Hotel Sarah tempat kami menginap yang berada di atas gurun, terlihat banyak sekali lampu dari jauh berkelip dari para golongan Nubian. Semakin malam, pemandangan itu semakin indah. (Bisyri Ichwan)

350 Beasiswa ADS ke Australia!

Beasiswa Pembangunan Australia atau Australian Development Scholarships (ADS) kembali menawarkan kesempatan bagi para pelajar Indonesia untuk studi tingkat pascasarjana di Australia. Seperti tahun sebelumnya, ADS pada tahun ajaran 2010/2011 ini menyediakan sebanyak 350 beasiswa.

Kandidat harus memilih bidang studi yang tersedia di antara salah satu dari empat area prioritas pembangunan. Di Indonesia, program beasiswa ADS tersedia di dalam tiga kategori, yaitu sektor "Public", "Open", dan "Targeted".

Pelamar kategori "Public" adalah pegawai di departemen-departemen pemerintah, universitas negeri, serta BUMN, termasuk pegawai non-PNS. Lamaran harus terlebih dahulu disetujui oleh divisi pelatihan atau Biro Kerjasama Luar Negeri (BKLN) yang terdapat pada tingkat daerah maupun nasional di dalam institusi pelamar sebelum diserahkan.

Pelamar kategori "Open" adalah mereka yang bekerja di institusi swasta, termasuk institusi pendidikan swasta, yang dapat melamar secara bebas untuk beasiswa dari kategori ini. Selain terdapat beberapa kriteria seleksi dan persyaratan yang mungkin diberlakukan, pada sektor ini pelamar tidak memerlukan persetujuan dari pemerintah terlebih dahulu.

Pegawai negeri sipil tidak dapat melamar di kategori "Open". Beasiswa disediakan untuk program studi master dan doktor secara penuh waktu di berbagai institusi perguruan tinggi di Australia. Program beasiswa ini menyediakan program persiapan bahasa dan akademik yang dapat mencapai waktu sembilan bulan. Pelamar perempuan dan kandidat yang berasal dari provinsi-provinsi yang menjadi fokus perencanaan strategis AusAID sangat diprioritaskan.

Sementara itu, pelamar pada kategori "Targeted" adalah mereka yang bekerja di lembaga-lembaga terkait dengan program-program AusAID atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan AusAID, termasuk organisasi pemerintah, BUMN, LSM, organisasi masyarakat (ormas), dan institusi perguruan tinggi milik pemerintah maupun swasta yang berperan penting dalam menyediakan kebutuhan pelatihan bagi lembaga-lembaga tersebut.

Pelamar yang memenuhi syarat akan dinominasikan dengan bantuan konsultan SDM dari kantor ADS yang bekerja sama dengan lembaga-lembaga target tersebut. Nominasi pelamar wajib difasilitasi oleh Australian Team Leader (ATL) atau perwakilan lain yang ditunjuk di dalam sebuah kegiatan AusAID.

Selengkapnya mengenai informasi pendaftaran, syarat, dan skema beasiswa bisa dilihat dan diunduh di situs ADS, batas pengiriman aplikasi sampai 27 Agustus 2010 mendatang.