I-4, Upaya Mengulang Kejayaan Ulama Nusantara

Tak disangka-sangka, rencana penyelenggaraan Workshop Internasional dan Sosialisasi Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional untuk wilayah Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan menuai respon yang sangat besar. Entitas ini berubah menjadi raksasa yang untuk memahaminya secara integral nyaris tidak bisa terwujud. Penilaiannya secara perspektif atau melihatnya dari angle tertentu lebih mengemuka dan menggempita di dunia maya elektronika. Pertama-tama adalah respon beberapa pembaca situs berita Detik.com terkait rencana penyelenggaraan acara ini. Ada satu dua pembaca yang mempertanyakan kapasitas atau kompetensi ilmuwan Timur Tengah –yang nota bene berlatar-belakang ilmu-ilmu keislaman- dalam mendiskusikan masalah terorisme. Lalu diikuti juga oleh beberapa elemen masisir lebih suka menengok ke belakang, mempertanyakan kembali keterwakilan koorodinator I-4 Timteng, Afrika dan Asia Selatan dalam organisasi para ilmuwan ini, sebagaimana ada juga yang melihat ketimpangan hubungan I-4 dengan organisasi induk masisir.

Kalau melihat judul dari acara ini, yakni sosialisasi, maka bisa dikatakan bahwa gegapnya respon terhadap acara ini menunjukkan target acara ini nyaris tercapai. Penulis sendiri dengan kapasitas sebagai Ketua Steering Committe, dalam rapat perdana panitia Workshop Internasional dan Sosialisasi I-4 kawasan Timur-Tengah, Afrika dan Asia Selatan, mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sosialisasi adalah sejauh mana Masisir khususnya, dan masyarakat Indonesia di kawasan Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan pada umumnya, mengetahui apa itu I-4 baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Kuantitatif maksudnya diraih jumlah yang maksimal dari obyek sasaran, sementara kualitatif maksudnya diraih pemahaman yang baik mengenai I-4. Respon-respon yang diarahkan kepada I-4 patut dipahami sebagai upaya memahami I-4 dengan baik. Barangkali Panitia harus lebih sabar meladeni respon-respon yang ada meskipun menurut pandangan mereka terkesan berbobot simpel dan insignificant.

Tidak bermaksud melebih-lebihkan konsep dan kerja koordinator berikut panitia yang menyertainya, tapi upaya untuk menyuguhkan apa dan bagaimana I-4 mulai dari sejarah berdirinya, rekonstruksi rancang bangun organsisai I-4 sampai target-target yang akan diraih untuk masa sekarang dan mendatang sudah digodog dengan cukup matang. Dalam sesi brainstorming misalnya, para stakeholders I-4, baik pusat maupun kawasan akan memaparkan dengan gamblang semua hal terkait dengan I-4.

Dalam sesi berikutnya, yakni keorganisasian I-4, akan dibahas mengenai bangunan organsisasi I-4, khususnya untuk kawasan Timur-Tengah, Afrika dan Asia Selatan. Di sinilah para peserta ditantang untuk membuat bangunan rumah I-4 yang kokoh, mempunyai visi ke depan yang jelas dan memberikan manfaat seluas-luasnya kepada masyarakat Indonesia. Kita sangat berharap peserta dari Mesir berperan aktif dan mewarnai dalam sesi ini karena di samping sebagai peserta mayoritas, mereka adalah tuan rumah sekaligus tumpuan harapan para generasi setelahnya.

Satu lagi yang tak luput dari bidikan jeli panitia adalah sesi futuristik, yakni pembahasan mengenai garapan unggulan I-4 Timteng dan Afrika. Pada sesi inilah para peserta ditantang untuk membuat program-program yang bersinergi dengan program-program I-4 di kawasan lain, atau lebih dari itu, mampu menyuguhkan program-program yang berkualitas tapi sarat dengan sumbangsih yang tinggi pada masyarakat Indonesia. Sesi ini bisa juga dikatakan sebagai upaya mengulang sejarah kejayaan para ulama Nusantara tempo doeloe, di mana ketika mereka bermukim di negeri orang, mereka berkumpul mengonsep pendidikan, kesejahteraan masyarakat, masa depan bangsa. Buah dari “ilmuwan-ilmuwan Nusantara tempo doeloe’ inilah yang merupakan cikal-bakal kemunculan pesantren-pesantren, metode-metode belajar mengajar, dan organisasi-organisasi masa, yang manfaatnya masih bisa kita rasakan sampai sekarang ini.

Sebagai bentuk realisasi dari kerja para ilmuwan, panitia juga menyediakan waktu yang cukup longgar untuk membahas dua tema krusial bagi negara kita, yakni Terorisme dan Human Trafficking. Sesi ini akan menjadi sangat menarik, karena dua tema yang menurut common sense sangat lekat dan erat dengan disiplin sosiologi umum akan dibahas oleh para ilmuwan yang berlatar-belakang ilmu-ilmu keislaman seperti Tafsir, Hadis, Dakwah Islamiyah, dan lain-lain. Lalu bagaimanakah para ilmuwan dengan latar belakang seperti itu akan membahas dua tema tersebut? Apakah dua tema tersebut sejatinya memang terkait dengan masalah-masalah keagamaan? Lagi-lagi sesi ini akan bertambah menarik, karena para ilmuwan muda dalam membahas masalah ini akan dipandu oleh guru besar yang berkompeten dalam bidang ini. Satu hal yang tentu akan mengingatkan kita akan dunia akademis yang kritis, konstruktif dan terarah.

Akhiran, di tengah derasnya respon yang beragam menanggapi acara ini, penulis berharap teman-teman panitia bisa menampung semua aspirasi Masisir demi kesuksesan acara ini pada khususnya, dan terbangunnya pemahaman utuh atas I-4 secara umum. Semoga Allah membalas kebaikan orang yang berkhidmah demi ilmu dan ulama dengan yang lebih baik. Dan semoga organisasi ini bias berkembang sebagai sunnah hasanah yang akan terus berproses, serta memberi manfaat seluas-luasnya kepada masyarakat Indonesia.

M. Saifuddin, M.A (Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional)